ke jogja?, naik apa? (part III-The Last part)


Maaf ya, baru bisa menulis lagi karena terhalang oleh rasa kemalasan ini, yang belum membaca bagian pertama dan kedua.
Aku memasuki ruangan agen yang ada di Surabaya itu, emang bener-bener belum buka sih, soalnya kan masih jam 7 pagi, saya duduk di antara kursi yang belum diatur dan masih sangat berantakan. Saya melirik ke dalam dan kedalam lagi, ada beberapa orang yang terlihat menunggu pengantaran mereka. Sepertinya mereka bakalan merantau buat kerja di tanah orang, miris sekali seumuran denganku tetapi mereka sudah berpikir sejauh itu.
Saya menunggu bersama sebuah keluarga kecil yang hanya menunggu kedatangan taxi, saya berharap banget kalo mereka juga pergi ke Jogja, taxi datang mereka hilang.
Lagi asyik-asyiknya menunggu *(emang menunggu asyik?, -_-), seorang bapak menghampiri saya dan menanyakan mau kemanalah, itu lah. Saya pikiir si bapak itu merupakan yang empunya agen itu, kayaknya. Saya disuruh menunggu di dalam sambil istirahat sejenak dan pun disuruh mandi pula, tapi saya hanya membasuh muka. Terlihat pula beberapa orang yang tadi juga sedang jenuh karena sudah menunggu terlalu lama. Waktu itu saya disuruh menunggu hingga jam 12 siang, dan itu sangat lama.
Saya keluar dari ruangan itu. Menelepon ibu pun jadi solusinya, Ia sangat cemas saya jadi merasa bersalah menceriterakan perihal tersebut kepadanya. Saya bertanya “bu, boleh ngga saya pergi ke terminal buat nyari bus yang langsung berangakat tetapi tiket yang ini hangus”. Ibuku menjawab dengan penuh perhatian “yasudah daripada kamu nunggunya terlalu lama, sampe 6 jam gitu lebih baik kamu naik taxi ke sana”. Aku menerima saran itu, akupun bertanya kepada sang pemilik agen bahwa saya hanya ingin diantar ke terminal saja, tetapi kata si agen itu saya disuruh menunggu saja hingga bus nya datang. Okelah, saya terima.
Saya benar-benar bosan menunggu, singkat cerita saya pun berangkat bukan ke jogja langsung, tetapi mengantar beberapa orang tadi ke pelabuhan apalah itu. Sesampai di pelabuhan itu, mereka bergegas turun dan pergi untuk mengurus semuanya, saya ditinggal sendiri di mobil itu.
Kata pemilik agen itu, “nanti kamu bakalan ada yang mengantar ke jogja tetapi bukan kami sekarang kami mau mencari bus travel yang bakalan ke jogja”.
“Hah, yasudahlah, mau bagaimana lagi” saya menjawab tak bersemangat.
 Singkat kata mereka menemukan sebuah bus yang menurut saya sudah jelek tetapi masih bisa berjalan kok. Warnanya hijau kebiru-biruan dengan barret di mana-mana serta warna yang terkelupas di sana-sini. Saya dioper ke mobil itu, tetapi di mobil itu saya harus menunggu agar mobil itu terisi penuh, dan mereka menemukannya. Sebuah keluarga yang terdiri dari ibu bapak dan anaknya yang seumuran dengan saya. Akhirnya bus itu berangkat juga, saya duduk sendirian di tengah mobil itu.
Diperjalanan, berjalan seperti biasanya. membosankan?, itu pasti. Waktu itu saya ingat betul hari jum’at. Alhamdulillah, supir yang membawa mobil itu sepertinya taat beribadah terlihat dari keningnya yang membentuk 2 titik kehitaman. Saya jadi tidak takut kehilangan sholat jum’at itu. Kami pun berhenti d depan sebuah masjid, entah apa namanya dan dimana itu aku benar-benar lupa. Kami (saya dan supir) pergi ke dalam lingkungan masjid sekaligus taman kanak-kanak di sebelahnya. Ada suatu perasaan yang sangat mencemaskan yang terbesit di hati, yaitu apakah keluarga itu baik?, saya merasa cemas meninggalkan sekeluarga di dalam mobil itu, jikajika mereka memanfaatkan keadaan agar dapat mengambil barang-barang saya yang isinya lumayan berharga. Huh, perasaan itu benar-benar sungguh mengangguku. Saya yakin betul bahwa badan saya penuh dengan keringat yang bercucuran serta pastinya beraroma tidak sedap. Tapi mau bagaimana lagi, ini keadaan yang mendesak. Jadi akhirnya saya hanya berwudhu.
Setelah selesai kami pun kembali ke mobil, dan ternyata tidak terjadi apa-apa, sama seperti saat ditinggalkan. Maafkan saya karena telah menuduh dan bersuuzon kepada keluarga bapak. Perjalanan pun dilanjutkan.
Satu hal yang sangat menarik di mobil itu, terdapat tulisan seperti promosi sebuah rumah makan yaitu UTAMA, dibalikpun bakalan tidak terjadi apa-apa, AMATU yang bisa saya baca dari dalam mobil itu. Dan ternyata kami akan menuju ke sana.
Di rumah makan itu, kami berhenti sejenak melepas kerinduan yang terdalam kepada pengganjal perut yaitu makanan. Makanannya mahal-mahal sih, saya pikir ini gratis. BAYAR bung. Saya hanya memesan semangkuk bakso dengan es teh. Membayarnya lalu kembali ke mobil itu. Saya duduk di sebuah tembok yang sangat pendek yang dibuat khusus untuk duduk entaah apa namanya. Bapak dari keluarga itu menghapiri saya, dan menggobrol dengan beliau beliau bertanya dengan pertanyaan yang klasik semisal mau kemanalah atau mau ngapain ke sana. Saya hanya menjawab sewajarnya. Eh, saya mengesemes teman saya, ternyata ia sudah nyampe dari tadi siang.
Orang yang kami tunggu-tunggu itupun datang, SUPIR. Ia berkata kepada saya bahwa mereka akan ke jalur yang lain, so, saya harus dioper ke mobil yang benar-benar ke JOGJA. Terlebih dahulu, saya berpamitan kepada keluarga itu, haru memang. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ketemu dengan mini bus yang membawa beberapa ABG yang bener-bener seumuran dengan saya, tetapi lebih tua mereka. Dengan keterbatasan tempat duduk itu, kami berbagi. Di sana saya benar-benar menjadi pengganggu di antara dua sejoli yang pacaran sepertinya, peduli ahmad. Dari percakapan-percakapan yang mereka lontarkan saya mengambil kesimpulan bahwa mereka masih mahasiswa serta mahasiswa baru dari berbagai macam perguruan tinggi, semisal di UMY, di UNS dan lainnya. Air mineral saya menipis bahkan habis sungguh tragis apalagi sampai makan buncis pake kismis di bis yang bau amis. Mobil berjalan lagi.
eh, ngga terasa sudah nyampe Solo, di sana kami istirahat buat sholat magrib di sebuah SPBU. Ada beberapa orang sih turun di Solo, tetapi yang menjadi hambatan adalah adanya pengalihan lajur kendaran, so kita mesti muter dulu sobat. Abis itu, nyampe di suatu daerah yang unknown, dan beberapa dari mereka turun dengan jerih payah mencari alamat itu. Jogjaa, I’am coming!!...
saya memutuskan untuk tidur selama perjalanan, dengan memberi tau kepada pak sopir bahwa saya turun di depan STMIK AMIKOM YOGYAKARTA, Condong Catur. Sungguh beruntung saya tidur sangat pulas dengan headset yang menancap di telinga melantunkan lagu Sheila On 7.
“sudah sampai mas, bangun mas” kata beberapa orang yang memperhatikan saya tidur.
“eh, sudah nyampe ya” saya berkata dengan pandangan yang masih remang-remang serta keringat yang lagi-lagi bercucuran.
Saya menatap HP itu, menunjukkan pukul 9 lebih. Wah masih ada waktu buat ke kos, pikir saya. Saya bener-bener ngga tau harus kemana, sayya baru ingat bahwa saudara saya ada di Janti, dan saya menyuruh mengantar supir itu ke Janti, tetapi saya diharuskan membayar biaya tambahan sebesar 25rb. Saya memutuskan untuk tidak menerima tawaran itu.
Wah saya sekarang benar-benar bahagia sudah nyampe jogja dengan selamat, permasalahan baru muncul. Setelah beberapa kali berjalan mengelilingi sekitaran AMIKOM, kok kos saya ngga ketemu-ketemu ya. Saya herman, dan mencari lagi tetap ngga ketemu. Saya berpikiran apakah kos itu sudah pindah. Karena saya beberapa kali bolak-balik jalan itu, pedagang bakso itu menertawakan saya, ah sekali lagi peduli ahmad. Waktu itu saya benar-benar PANIK. Ngga tau harus ngapain, saya ingat ada beberapa nomor telepon saudara yang ada di jogja, saya menelepon saudara saya tetapi ngga diangkat-angkat, saya sungguh kesal. Saya memutuskan untuk menelepon teman saya yang menemani saya mencari kos itu, ngga bisa bantu banyak, hanya memberikan no. teman yang lain. Saya telpon, taka da balasan.
Saya menelepon beberapa teman sekiranya bisa membuat saya lega menceritakan perihal ini. Pun juga menelpon keluarga yang sangat panic mendengar ini. Akhirnya, saya ditelepon sama saudara saya itu, dan menyuruh saya menunggu di sana sampai ia dan temannya datang menjemput. Akhirnya, kawan saya sangat beruntung mereka datang menjemput saya. Mereka tertawa sekaligus meledek saya. Huh terserah. Saya dibawa ke kos teman nya saudara saya, dan bermalam di sana. Satu hal yang sangat saya tidak saya harapkan terjadi, handuk kecil merah yang saya beli di indomaret ketinggalan di sana.
Saudara saya itupun berjanji akan mengantar saya mecari kos misterius saya itu besok. Saya tidur dengan damai. :D
Besoknya, saya mencari kos itu dan TARRAAA ketemu,. Ternyata tadi malam saya salah belok yang seharusnya ke kanan malah ke kiri, jadi hanya ketemu jalan raya terus.
Sekian cerita saya ini yang sungguh super duper membosankan serta dengan bumbu-bumbu melelahkan. Cerita yang saya buat, hanya ingin agar saya tidak lupa akan kejadian hal itu.
Wassalam

__THE END__
091112-11:09PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar