![]()  | 
| Serba Fakta Dinosaurus | 
Selama ini diyakini, dinosaurus punah dari muka bumi  dipicu jatuhnya meteor raksasa, selebar 15 kilometer, tak jauh dari  Semenanjung Yukatan. Namun, sebuah studi menepis teori tersebut. 
Baru-baru ini ilmuwan menyebut, aktivitas vulkanik di wilayah yang  kini meliputi India, adalah sebab musabab kepunahan hewan raksasa itu.  Yang memungkinkan manusia berevolusi dan menjadi penguasa dunia. 
Para ahli berpendapat, lava yang mengalir selama puluhan ribu tahun  dari Deccan Traps, sebuah daerah vulkanik dekat Mumbai,  telah  memuntahkan sulfur dan karbon dioksida beracun ke atmosfer, menyebabkan  kepunahan massal lewat pemanasan global dan pengasaman lautan. 
Penemun tersebut, yang dipresentasikan Rabu 5 Desember lalu dalam  pertemuan American Geophysical Union. Makin memperuncing perdebatan,  apakah asteroid atau gunung api yang bertanggungjawab memusnahkan secara  massal dinosaurus atau kepunahan K-T (Kapur- Tersier).
"Data kami adalah sebuah panggilan untuk penilaian ulang, apa yang  sebenarnya menyebabkan kepunahan massal K-T," kata Gerta Keller, geolog  dari Princeton University, yang terlibat dalam penelitian ini, seperti  dimuat situs sains, LiveScience. 
Selama beberapa tahun, Keller telah menyatakan bahwa aktivitas gunung berapi lah yang membunuh dinosaurus.
Sebaliknya, para pendukung hipotesis Alvarez meyakini, meteorit  raksasa menghantam Chicxulub, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu,  menyemburkan gas dan debu ke atmosfer, menutupi sinar matahari, membuat  suhu bumi turun drastis. Debu juga membuat pada dinosaurus mati sesak  nafas, meracuni lautan. Meteorit juga mungkin memicu aktivitas vulkanik,  gempa bumi, dan tsunami. 
"Penelitian terakhir mendemonstrasikan bahwa Deccan Traps terjadi  sebelum kepunahan massal, dan mungkin punya kontribusi, seluruhnya atau  bahkan total terhadap kepunahan tersebut," kata Eric Front, geolog dari  University of Lisbon, Portugal, yang tak terlibat dalam penelitian. 
"Kecoa Laut"
Hipotesis tersebut diawali temuan pada  2009. Saat pengeboran sebuah  perusahaan minyak di timur India, menemukan sedimen lava yang berada di  3,3 kilometer di bawah permukaan laut. 
Keller yang mengukji sedimen itu menemukan banyak kandungan fosil dari periode geologi Cretaceous-Tersier, era ketika dinosaurus menghilang.
Sedimen itu mengandung banyak fosil plankton kecil, dengan kulit yang  tak sempurna. Menandakan mahluk  tersebut hidup beberapa tahun setelah  erupsi terjadi.
Sebagian besar spesies plankton itu akhirnya mati. Namun setelahnya,  muncul plankton berukuran kecil dengan lapisan kulit luar yang sulit  didefinisikan. Disebut dengan Guembilitria. "Kami menyebut Guembilitria  ini sebagai oportunis bencana. Ia seperti kecoa, ketika kondisi yang  lain memburuk, ia tetap bertahan," kata Keller.
Guembilitria dominan saat kandungan belerang di alam meningkat akibat  terjadinya hujan asam. Di laut, belerang berikatan dengan kalsium  sehingga kalsium untuk pembentukan cangkang dan tulang hewan berkurang.
Keberadaan fosil ini juga didukung dengan bukti fosil hewan dan  tanaman di India pada waktu yang sama yang menunjukkan mereka juga punah  akibat letusan gunung api.
Dampak Meteorit Terlalu Kecil
Beberapa waktu lalu, tim juga meneliti kandungan mineral di Chicxulub  tempat jatuhnya meteorit. Hasilnya makin memperkuat hipotesis mereka. 
Tim menemukan, sedimen di sama  banyak mengandung iradium sebagai  bukti keberadaan meteorit. Namun, mereka menyebut, tumbukan ini terjadi  setelah era punahnya dinosaurus.
Apalagi, menurut tim, meteorit  tidak akan menghasilkan belerang dan  karbondioksida beracun dalam jumlah besar. Meteorit bisa memperparah ,  tapi bukan penyebab utama kepunahan dinosaurus. 
"Meteorit terlalu kecil untuk memicu kepunahan dinosaurus."
        

Tidak ada komentar:
Posting Komentar