![]()  | 
| Ayam Kampus | 
TEMPO.CO , Jakarta di dunia ‘ayam kampus’ ada pelajaran kode etik yang berisi ketrampilan  dan kepribadian. Etika ini yang mengatur perilaku para ayam agar tertib  dan tidak “belepotan”. Para mucikari biasanya membekali mereka dengan  etika itu agar pelanggan puas dengan harga yang sudah dibayar. Tempo mendapati kode etik yang banyak disepakati antara mucikari dan ayamnya. Ada yang ringan, ada juga yang berat.
Menurut mucikari bernama Nora, pelajaran utama adalah menanamkan di  benak para ayam bahwa pelanggan atau tamu adalah raja. Artinya, kata  dia, ayam harus sopan dan ramah, juga patuh. “Ya misalnya mendengarkan  dengan penuh perhatian curhat si tamu, dan jangan sekali-kali memotong  pembicaraan,” katanya kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Ayam peliharaannya juga dilarang memainkan ponsel saat bertugas.  Karena dalam banyak kasus, kata Nora, ada ayam diadukan tamu karena  asyik main “game” sendiri di atas ranjang. Dan, ada juga tamu yang  mengadu disebabkan harus menunggu makan ayamnya terlalu lama–karena  sembari balas pesan BlackBerry. “Hal itu dievaluasi,” ujarnya.
Lebih spesifik lagi, Nora juga mengajari ayamnya cara menuang minuman  ke dalam gelas. Misalnya; pada saat mengangkat gelas, si ayam diajari  untuk memegang gelas bagian bawah, atau jika gelas itu berkaki, ayam  akan diajari untuk memeegang kaki gelas tersebut. Itu menurutnya  standar. Bahkan, karena pihaknya juga mengajari sampai pada tahap  membuka pakaian ketika hendak berhubungan intim. “Pakaian dibuka  perlahan. Tidak boleh langsung bugil,” ujarnya.
Doni, mucikari lain, mengatakan, cara mengambil uang dari pelanggan  juga ada kode etiknya. Ia mengatakan, ketika tamu memberi uang tunai,  maka jangan langsung diambil. Tetapi diambil ketika tamu sudah pergi.  “Untuk mengesankan si ayam tidak kegaresan uang,” ujarnya di kesempatan  terpisah.
Ketika sedang bertugas, ayamnya juga dilarang memamerkan harta benda  di depan tamu, seperti telepon genggam mahal atau laptop. Biasanya Doni  meminta telepon seluler si ayam dimatikan. Hal itu dilakukan untuk  menghindari kesan sombong. Meski rata-rata ayamnya memiliki mobil, ia  juga tetap mengharuskan mereka menemui pelanggannya dengan taksi.
Jika ada sang ayam sedang datang bulan, Doni tidak membolehkan  ayamnya itu libur. Apalagi jika sedang banyak order. Dalam aturannya,  permintaan pelanggan tidak boleh ditolak. Ia mengaku memiliki ramuan  obat untuk menghentikan keluarnya darah menstruasi. “Obat itu diracik  secara tradisional oleh ibu gue, manjur!,” ujarnya terbahak.
Tetapi, Doni akan langsung menolak jika ada pelanggan yang meminta  dilayani kasar di atas ranjang. Jika dirinya mendapat laporan dari  ayamnya soal tamu yang memiliki kelainan dan membahayakan, tamu itu akan  dimasukan ke dalam daftar hitam. “Pernah ada pelanggan yang bayar di  muka belasan juta, tetapi ML-nya harus mukulin culai gue dulu. Gue tolak lah,” katanya. Namun ia tidak menolak juga si ayam diminta menemani tamu untuk memakai obat terlarang.
Ayam kampus juga memiliki hari kerja juga. Para ayam peliharaan Nora,  dalam sepekan bisa empat hari kerja. Jam operasionalnya sendiri mulai  dari jam 19.00 WIB sampai 02.00 WIB. Yang pasti, aturan ini mengikat.  “Jikalau si culai masuk pada hari Sabtu, maka sabtu depannya mereka bisa  mengambil libur,” kata Nora.
        

Tidak ada komentar:
Posting Komentar